Sunda bukan Jawa

Ada kekeliruan mendasar mengenai peristilahan yang diberikan oleh orang-orang yang tinggal di luar Pulau Jawa terhadap orang yang tinggal dan mendiami pulau jawa. Kekeliruan sama yang sering juga dianggap benar oleh sebagian orang Jawa. Hal mana yang sebenarnya berpangkal mula pada penamaan Pulau Jawa sebagai pulau yang dihuni oleh orang-orang yang tinggal di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Penulis teringat pada saat masih kuliah dahulu, pernah salah seorang Dosen mengatakan bahwa orang Sunda itu adalah orang sombong. Alasannya menggelikan, karena orang Sunda tidak disebut orang Jawa padahal sama-sama tinggal di Jawa, yaitu Jawa Barat (bagian barat pulau jawa). Mungkin itu selorohan yang spontan dan bersifat gurauan belaka. Akan tetapi sebenarnya perlu dikaji lebih dalam baik dari segi peristilahan maupun historis istilah Jawa Barat.
Agak sedikit sensitif dan ethnosentris kedengarannya bila hendak mempersoalkan tentang ini, akan tetapi ini penting guna meluruskan pemahaman bahwa Sunda bukan Jawa, dan Jawa bukan Sunda. Secara sederhana, orang Sunda adalah orang yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa keseharian dan bahasa ibunya. Terlepas dari jenis bahasa Sunda (bahasa Sunda Wiwitan, bahasa Sunda Cianjuran, dsb.), yang jelas bahasa Sunda-lah yang menjadi bahasa utama orang Sunda. Sedangkan orang Jawa adalah orang yang bahasa kesehariannya adalah bahasa Jawa, baik ngoko, kromo, dsb. Sehingga, secara sederhana dapat terlihat jelas perbedaan antara keduanya.
Akan halnya penamaan “Jawa Barat” sebagai daerah dimana orang-orang Sunda kebanyakan tinggal, sepertinya hanya didasarkan pada kehendak pemerintah Republik Indonesia pada saat awal kemerdekaan saja. Ini didasarkan pada pemikiran praktis penamaan, tentang bagaimana membagi pulau Jawa menjadi 3 Provinsi besar selain ibukota Negara dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga muncullah nama Jawa Barat, untuk wilayah pulau Jawa bagian barat, yang kebetulan ditinggali oleh sebagian besar orang Sunda.
Persoalan ini kemudian mengemuka di masa sekarang. Mengingat di masa orde baru tidak ada yang berani mengangkat permasalahan ini secara serius, terpental pada doktrin “pemerintah selalu benar”, maka demi keseragaman dan kenyamanan, jadi tidak ada protes akan hal ini. Namun sekarang, nama Jawa Barat menyeruak sebagai permasalahan karena disadari penamaan itu tidak mewakili orang Sunda. Didasari argumen bahwa orang Sunda bukan orang jawa, maka tanah yang dipijak oleh orang Sunda adalah bukan tanah Jawa.
Dulu, ketika penulis masih SD pernah mendengar istilah gugusan kepulauan Sunda Besar dan Sunda Kecil di wilayah Nusantara. Akan tetapi sekarang tidak terdengar lagi istilah tersebut, hanya tersisa selat Sunda yang menggunakan istilah Sunda. Sedangkan diakui atau tidak pulau yang paling maju di nusantara sekarang adalah pulau Jawa. Dimana tak hanya orang Jawa saja yang tinggal disana, ada orang Sunda, Betawi, Madura dan sebagainya. Peristilahan mana yang sering disamaratakan oleh orang di luar pulau Jawa, bahwa orang yang tinggal di pulau Jawa (selain pendatang dari luar) adalah orang Jawa, padahal bisa jadi itu orang Sunda atau Betawi atau Madura.
Gerakan-gerakan seperti ini perlahan menggeliat. Banten memisahkan diri dari Jawa Barat, orang-orang Cirebon dan Indramayu tidak mau disebut sebagai orang Sunda, orang Madura pun begitu halnya. Semua berpangkal pada persoalan mengenai penamaan dan peristilahan identitas diri. Dan itu sah-sah saja, selama tidak mengganggu kemajemukan dan stabilitas persatuan & kesatuan bangsa.
Akan lebih tepat andaikata nama “Jawa Barat” diubah menjadi nama yang lebih representatif serta mencirikan kesundaannya, sebagai contoh adalah “Pasundan” untuk mencitrakan identitas orang Sunda sebagai penghuni mayoritas di daerah Jawa Barat. Tentu hal ini akan ada Pro dan Kontra, hal sama yang terjadi apabila DKI Jakarta diubah namanya menjadi Provinsi Jawa Barat Laut, atau Banten menjadi Jawa Barat Daya. Pun apabila pulau Madura disebut Jawa Utara dan sebagainya. Identitas menjadi hal vital, sebab mayoritas orang yang tinggal dan mendiami daerah Jawa Barat, bukanlah orang Jawa, tapi orang Sunda.

Bandung, Desember 2010.

Comments

  1. Anonymous4:29 PM

    memang susah juga sih Kang...
    mungkin kalo Cirebon memisahkan diri wajar sekali kalo Jabar nanti ganti jadi propinsi Pasundan..
    Banten lepas karena wilyahnya terpisah dari Jabar, dipotong sama jakarta...

    ReplyDelete
  2. Anonymous12:27 AM

    Maaf, Kang. Dalam ilmu geografi masih digunakan istilah "Sunda" yakni Sundaland/Wilayah Sunda, yang luasnya meliputi semenanjung Malaya, pulau Sumatera, Kalimantan, dan bahkan pulau Jawa itu sendiri.
    Saya tidak setuju mengubah nama provinsi, tapi saya lebih setuju mengubah nama suku Jawa menjadi "Suku Jowo".
    Jadi, di pulau Jawa ada Suku Sunda dan Suku Jowo.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lalampahan Abah Sastra

Ex Tunc & Ex Nunc

Kota Bandung dan Kota Malang