Bias


Sebuah kebenaran sukar untuk didefinisikan, apa yang kita perjuangkan, apa yang kita yakini belum tentu adalah sebuah kebenaran, benar adanya bahwa kebenaran di dunia tidak hakiki, tapi relatif. Tergantung dari mana kita menilai dan melihatnya.
Dengan masa yang berbeda, dimana tiap orang telah mahir menggunakan akal, logika bahkan kata-kata akan semakin sulit membuktikan kebenaran apalagi mencarinya. Tabir yang agak putih, abu-abu, agak hitam, makin mengaburkan makna dimana kebenaran, siapa kebenaran atau yang bagaimana kebenaran itu.
Pemikiran yang picik dan dangkal akan melambungkan makna kebenaran sebagai diri sendiri. Menafikan suara-suara yang terdengar di kiri kanan, dan tidak mempedulikan apa yang sebenarnya harus dipikirkan dan dipertimbangkan oleh akal. Mengabaikan anjuran dan saran yang dianggap mentah dan tak beralasan kuat.
Dan letak pastinya, dimana? Di kiri kah? Atau di kanan kah? Atau tidak pada keduanya? Atau terhimpit diantara keduanya, tanpa mendapat tempat, tanpa mendapat kesempatan, bahkan tanpa mendapat peluang untuk menghela.
Ya, memang tak mudah untuk bisa menempatkan diri saat segalanya tak sesuai keinginan dan perkiraan kita. Tapi bukankah segalanya memang terbiasa begitu. Kebenaran yang milik sendiri, digeluti sendiri, dipendam sendiri, dan hanya ada dalam benak sendiri tentunya hanya akan kian mengasingkan kita dari kebenaran yang ada di luar.

Comments

Popular posts from this blog

Lalampahan Abah Sastra

Ex Tunc & Ex Nunc

Kota Bandung dan Kota Malang