Helipad apa perlu?? apa layak??
Seberapa besar pengaruh cakar Amerika Serikat di Indonesia? Itu pertanyaan yang sekarang banyak diajukan oleh orang-orang yang "bersiap" menyambut kedatangan Bush ke Bogor.Ternyata cukup besar, buktinya Presiden kita yang Gagah dan Jenderal sampai mau bersusah payah membuatkan helipad dalam rangka menyambut kedatangan tamu agung negara tersebut. Sebenarnya apa yang menyebabkan Sang Jenderal bersedia payah-payah membuatkan landasan heli untuk Bush??? Apakah karena kepentingan politik luar negeri, ekonomi, atau hanya iktikad baik untuk memuliakan tamu negara tersebut.Masih kita ingat beberapa waktu lalu, pemimpin dari negara yang kurang lebih sama dengan kita (setidaknya dengan mayoritas penduduknya yang muslim), yaitu Iran Mahmoud Ahmadinejad berkunjung ke Indonesia, tidak ada perlakukan khusus bagi dia. Bahkan kalau tidak salah, ketika itu yang menyambutnya pun bukan Sang Jenderal, tetapi Wakilnya. Apakah perbedaan perlakukan tersebut dapat dibenarkan mengingat keduanya adalah sama-sama pemimpin dari suatu negara yang berpengaruh. Ataukah karena negara kita yang kaya ini sangat tergantung kepada kapitalis Amerika, sehingga kedatangan pemimpinnya ke negara kita harus disambut dengan sebaik-baiknya demi mendapatkan kompensasi yang lebih banyak dan lebih mudah di masa yang akan datang dalam bentuk pinjaman maupun bantuan (padahal sama-sama utang)???
Alangkah tidak bijak rasanya negarawan sebesar Sang Jenderal memperlakukan tamu negara dengan diskriminatif hanya karena tamu tersebut merupakan pemimpin negara adidaya.Dan bagai kerbau dicocok hidung, seolah si tuan rumah harus menuruti protokoler yang diminta si tamu.Terlepas dari apa yang akan dibicarakan Bush dengan Sang Jenderal di istana.
Langkah awal yang dilakukan untuk menyambutnya saja telah menuai berbagai kecaman dan protes dari berbagai pihak. Dan saya termasuk di dalam barisan itu. Kok masih berani yah, Bush menginjakkan kaki di Negara kita ini. Mau nyari apa lagi dia di negara ini??Dan herannya lagi, negarawan-negarawan kita di Jakarta malah tampak senang dengan kunjungan pencetus huru-hara di Irak dan dunia itu. Apa sebegitu perlunya kunjungan itu, sehingga pemimpin kita mengabaikan suara-suara yang menolak keberadaan Bush.Apakah para negarawan kita menutup mata terhadap berbagai kebijakan negara adidaya yang merugikan kita langsung ataupun tidak? Apa Sang Jenderal pemimpin kita ini melupakan bahwa sebagian huru-hara di dunia ini diarsiteki dan berasal dari negara adidaya tersebut?
Lantas pertimbangan apa yang membuat kita malah seolah-olah menyambut seorang tamu yang amat berjasa kepada negara kita, sehingga kita repot-repot mempersiapkan segala penyambutan?Kenapa sih makin hari kebijakan yang dikeluarkan orang-orang di Jakarta itu semakin bertentangan dengan keinginan dan angan-angan tentang demokrasi yang diagung-agungkan pasangan DWI-TUNGGAL versi baru itu. Pendapat dan usulan rakyat tak pernah didengar dengan baik. Alasannya cukup klasik, itu hanay keinginan sebagian kecil masyarakat bukan masyarakat pada umumnya. Boleh saja mereka berkilah seperti itu, tetapi memang pada kenyataannya masyarakat luas terlalu disibukkan oleh kebijakan yang dibuat pemerintah itu, sehingga tak sempat bertanya ini-itu mengenai kebijakannya.
Comments
Post a Comment